Perjalanan Fadly Sahab Mendirikan Jaringan Klinik Kecantikan dari Nol
March 19, 2022 2023-01-19 14:30Perjalanan Fadly Sahab Mendirikan Jaringan Klinik Kecantikan dari Nol
Perjalanan Fadly Sahab Mendirikan Jaringan Klinik Kecantikan dari Nol
Kalau berbicara tentang ZAP Clinic, pasti banyak perempuan yang sudah familiar. Bagaimana tidak, hampir di setiap mall, khususnya di Jakarta pasti ada outlet ZAP. Sejak 8 tahun lalu didirikan, sudah lebih dari 30 outlet dan 200 dokter yang berkarya bersama ZAP. Tentunya ini pencapaian yang luar biasa. Mari kita simak cerita Fadli dan turning point yang membuatnya memutuskan untuk mengembangkan ZAP sampai sekarang.
Cerita dong awal mulanya membangun ZAP?
Sebenarnya ZAP pertama kali ada itu di tahun 2009 tapi waktu itu masih berupa salon untuk hair removal dan bahkan awalnya hanya layanan home service saja dari rumah ke rumah. Baru kemudian menjadi klinik kecantikan dengan brand ZAP Clinic di tahun 2014. Sebelum ZAP saya sudah menjalankan banyak bisnis mulai dari waktu sekolah hingga kuliah, tapi sayangnya tidak ada yang sampai bisa besar usahanya. Selepas kuliah saya kerja di salah satu perusahaan di Jakarta. Pas bekerja ini saya jadi belajar banyak tentang management perusahaan. Baru tau ada departemen akunting, ada yang namanya HRD dan fungsinya, ada peraturan perusahaan, dan juga tanggung-jawab seorang bos dan masih banyak yang saya tadinya sama sekali tidak mengerti. I learned a lot there.
Sambil kerja waktu itu aku kembali merintis ZAP, idenya sendiri datang dari teman-teman orang asing yang cerita kalau di negaranya banyak sekali salon hair removal tapi di Indonesia kenapa ngga ada. Jadi waktu itu saya nekat mencoba membuat usaha ini sebagai sampingan. Hal ini berjalan lebih dari setahun sampai ZAP bisa memberi gaji sama dengan gaji saya di kantor, baru deh memberanikan diri untuk resign dan fokus membangun bisnis ini.
Apakah yang membuat ZAP bisa berkembang jadi seperti sekarang?
Saat ini ZAP sudah memiliki beberapa brand, mulai dari ZAP Clinic yang fokus pada perawatan rutin ‘care’ untuk kulit wajah, tubuh, dan rambut wanita. Seiring berjalannya waktu ternyata banyak sekali klien yang datang ke ZAP dengan permasalahan kulit yang solusinya ngga ada di ZAP Clinic, makanya akhirnya kami mulai merekrut para dokter spesialis kulit dan kelamin dan mencobanya mulai dari 1 lokasi dulu. Kami menyebutnya ZAP Premiere. ZAP Premiere adalah klinik kecantikan yang fokus pada perbaikan permasalahan kulit perempuan dan membantu mereka mencapai skin goalnya. Makanya teknologinya jauh lebih lengkap di ZAP Premiere, dengan prosedur yang jauh lebih banyak, serta tim medis yang lebih besar di setiap kliniknya.
Di awal, positioning ZAP adalah klinik kecantikan khusus perempuan, jadi saya sendiri ngga bisa perawatan di ZAP. Akhirnya karena permintaan banyak klien kami membuat brand baru yaitu ‘Menology by ZAP’ dimana ini adalah Grooming Clinic untuk laki-laki pertama di Indonesia. Untuk menology, saya mempunyai beberapa partner. Awalnya tentunya tidak mudah mengenalkan konsep ini, tapi setelah melakukan testing and measuring sekitar 2 tahun, Menology by Zap sudah lebih terlihat prospeknya sehingga tahun ini kami akan membuka beberapa cabang baru.
Kalau ditanya apa yang membuat ZAP bisa growing mungkin jawabannya adalah testing and measuring yang terus kami lakukan. Setiap klien baru pasti akan kami tanya mereka tau ZAP dari mana dan apa yang membuat mereka memutuskan untuk ngeZAP. Hal ini penting sekali dilakukan oleh bisnis apapun menurut supaya spendingnya di marketing dapat lebih efektif. Kemudian kami juga selalu mengukur retention rate (jumlah klien yang kembali lagi). Semua dihitung dari mulai retention klien baru vs klien lama, dan memembandingkan retention rate 1 outlet dengan yang lain, 1 dokter dengan yang lain, dan bahkan kami membandingkan retention rate 1 treatment dengan yang lainnya. Dari sini kami jadi paham mana yang harus di improve, tentunya setelah di improve (testing) dilanjutkan lagi pengukurannya.
Setiap bisnis ada yang namanya ‘critical mass’ kalau di grafik itu bentuknya naik pelan-pelan sampai 1 titik critical mass di mana bisnisnya tiba-tiba berkembang dengan jauh lebih cepat. Basically dengan testing and measuring terus menerus lama-lama kita akan bisa punya produk dan service yang cukup bagus yang akhirnya membawa bisnis kita ke ‘critical mass’ tadi.
Apa saja lesson learned yang bisa dibagikan kepada para pelaku usaha lainnya?
Belajar terus-menerus. Zaman sekarang enak banget tinggal cari di Internet banyak sekali orang-orang hebat yang bisa kita tonton videonya atau baca bukunya yang mengajarkan kita tentang berbagai hal.
Orang-orang yang kita temui pun banyak sekali yang lebih jago di suatu hal dibanding kita jadi jangan disia-siakan pertemuan dengan orang lain untuk belajar juga.
Punya usaha sendiri = siap kerja jauh lebih keras. Hal lain yang perlu diketahui adalah merintis bisnis itu capeknya luar biasa, paling ngga buat saya sendiri. Istilahnya kalau kerja kantor paling sekian jam aja sehari, tapi kalau merintis usaha bisa jadi kita kerja 18 jam sehari setiap hari selama sekian taun sampai akhirnya kita mampu merekrut orang-orang berpengalaman yang bisa menggantikan kita di berbagai hal. Jadi jangan harap dengan jadi pengusaha, terutama di awal, kita akan santai, ya!
Hire team yang lebih pintar dari kita. Ngga mungkin kan kita paham dengan segala hal, jadi begitu ada kemampuan untuk rekrut orang yang lebih jago dari kita jangan disia-siakan. Kalaupun takut membayar gajinya selama kita mampu, agak maksain diri sedikit ngga apa-apa, karena orang-orang inilah yang akan menghasilkan keuntungan jauh lebih besar untuk perusahaan dibandingkan gaji mereka.
Terima kasih sudah berbagi dengan tim Wikiwirausaha, Fadli. All the best untuk semua rencananya!