Pandawa Agri Indonesia Case Study
August 31, 2023 2023-09-27 9:48Pandawa Agri Indonesia Case Study
Pandawa Agri Indonesia
Closed-looped rice cultivation in Nusa Tenggara
BASIC INFORMATION
Company Overview
Pandawa Agri Indonesia (PAI), founded in 2014, is the first Indonesian Agri life science company. PAI specializes in developing innovative pesticide reductants, a specialized formula that reduces pesticide dosage by up to 50%. This breakthrough enables farmers to minimize pesticide usage, resulting in cost savings and preventing excessive chemical exposure for both farmers and the environment. PAI also supports farmers through an end-to-end smallholders ecosystem, providing farmers with educational material, high-quality agricultural inputs, access to affordable financing, and fair-trade opportunities to market their harvests.
INFORMASI DASAR
Informasi Perusahaan
Pandawa Agri Indonesia (PAI), yang didirikan pada tahun 2014, merupakan perusahaan Agri ilmu hayati pertama di Indonesia. PAI berspesialisasi dalam mengembangkan reduktor pestisida inovatif, sebuah formula khusus yang mengurangi dosis pestisida hingga 50%. Inovasi ini memungkinkan para petani untuk meminimalkan penggunaan pestisida, sehingga menghema biaya dan mencegah paparan bahan kimia berlebihan baik bagi para petani maupun lingkungan. PAI juga mendukung para petani lokal melalui ekosistem usaha tani rakyat yang menyeluruh, menyediakan materi edukatif bagi petani, input pertanian berkualitas tinggi, akses ke pembiayaan terjangkau, dan peluang perdagangan yang adil untuk memasarkan hasil panen mereka.
Crop
PAI aims to address the challenges faced by farmers, particularly in rice cultivation, by providing an end-to-end solution that effectively assists farmers.
PAI bertujuan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh para petani, terutama dalam budidaya padi, dengan menyediakan solusi lengkap yang secara efektif membantu para petani dari awal hingga akhir.
Location
PAI assisted rice farmers in Mbay, Nagekeo, East Nusa Tenggara impacting 400+ smallholder farmers.
PAI memberikan pendampingan kepada para petani padi di Mbay, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur yang berdampak pada lebih dari 400 petani lokal.
KEY PARTNERS & STAKEHOLDERS
MITRA & PEMANGKU KEPENTINGAN UTAMA
Case Study
POINT OF DEPATURE
Farmers in East Nusa Tenggara farmers struggle with low income and profit, insufficient crop productivity and subpar quality, lack of transparency in commodity pricing, and limited access to affordable capital.
These challenges are driven by a few key factors:
POKOK PEMBAHASAN
Para petani di Nusa Tenggara Timur berjuang dengan pendapatan dan keuntungan yang rendah, produktivitas tanaman yang tidak mencukupi dan kualitas di bawah standar, kurangnya transparansi dalam harga komoditas, dan terbatasnya akses terhadap modal yang terjangkau.
Tantangan ini didorong oleh beberapa faktor utama:
APPROACH
PENDEKATAN
Program Impact
Key Area | Before | After |
---|---|---|
Productivity | Farmers associated with PPAI exhibit a remarkable 30% increment in crop yield, whereas non-PPAI farmers experience a more modest 5% upsurge | Increased farmers productivity by 77% (on average for 56% of farmers) to 5.19 ton/ha (above the national productivity) |
Market Access | Farmer's revenue pre-intervention: $341/month | For smallholder farmers: increased income by up to 40% or additional monthly income of up to 5 million rupiah |
Financial Access | Insufficient access to financial institutions with affordable financing | Among the farmers, 86% express a sense of assistance stemming from the financial accessibility provided, with 68% of this group having been previously unbanked.
98% of farmers who receive financing through PAI report a notably simplified process of securing credit compared to traditional banking institutions |
Capability Building | Limited access to comprehensive agricultural knowledge and training, hampered farmers' ability to improve their yield outcomes | All 400 farmers are trained and assisted by Q3-2023 |
Social Impact | Farmers are earning limited income with some living below the national poverty line | A notable 21.43% of farmers have witnessed an augmentation in their household expenditures, while an impressive 58% of farmers surpass the threshold of the national poverty line |
Innovation & Infrastructure | Sufficient productivity, subpar rice quality, inadequate transparency regarding commodity prices due to farmers' limited negotiation leverage, and restricted access to financial support | Farmers have successfully established proactive cultivation schedules, resulting in increased yields and improved pricing opportunities. Additionally, they have instituted safeguards to mitigate losses stemming from crop failures attributed to natural factors |
Sustainability | Sustainability did not hold precedence; although farmers were aware of and had firsthand experience with the impacts of climate change, their understanding of effective mitigation strategies was limited | Farmers exhibit enhanced climate resilience through their agricultural expertise, beginning with an adept comprehension of the causes underlying shifts in planting seasons and strategies to address such changes. Equally crucial is their awareness of the detrimental impact of excessive reliance on chemical-intensive pesticides, which can degrade soil quality over the long term and consequently impede yield potential |
Pengaruh Program
Bidang Utama | Sebelum | Setelah |
---|---|---|
Produktivitas | Petani yang tergabung dalam PPAI menunjukkan peningkatan hasil panen yang luar biasa sebesar 30%, sedangkan petani non-PPAI mengalami peningkatan hasil panen yang lebih kecil yaitu sebesar 5% | Peningkatan produktivitas petani sebesar 77% (rata-rata 56% petani) menjadi 5,19 ton/ha (di atas produktivitas nasional) |
Akses Pasar | Pendapatan petani sebelum intervensi: $341/bulan | Bagi petani lokal: peningkatan pendapatan hingga 40% atau tambahan pendapatan bulanan hingga 5 juta rupiah |
Akses Keuangan | Kurangnya akses ke lembaga keuangan dengan pembiayaan yang terjangkau | Di antara para petani, 86% menyatakan rasa terbantu karena aksesibilitas keuangan yang diberikan, dan 68% dari kelompok ini sebelumnya tidak mempunyai rekening bank.
98% petani yang menerima pembiayaan melalui PAI melaporkan proses mendapatkan kredit yang jauh lebih sederhana dibandingkan dengan lembaga perbankan tradisional |
Peningkatan Kemampuan | Terbatasnya akses terhadap pengetahuan dan pelatihan pertanian yang komprehensif menghambat kemampuan petani dalam meningkatkan hasil panen mereka | Keseluruhan 400 petani tersebut telah dilatih dan didampingi pada Q3-2023 |
Dampak Sosial | Petani mempunyai penghasilan yang terbatas dan sebagian diantaranya hidup di bawah garis kemiskinan nasional | Sebanyak 21,43% petani mengalami peningkatan pengeluaran rumah tangga, sementara 58% petani telah melampaui ambang batas garis kemiskinan nasional |
Inovasi & Infrastruktur | Produktivitas yang tidak memadai, kualitas beras di bawah standar, transparansi harga komoditas yang tidak memadai karena terbatasnya kemampuan negosiasi petani, dan terbatasnya akses terhadap dukungan keuangan | Para petani telah berhasil menetapkan jadwal budidaya yang proaktif, sehingga menghasilkan peningkatan hasil dan peluang harga yang lebih baik. Selain itu, mereka telah menerapkan upaya perlindungan untuk mengurangi kerugian akibat kegagalan panen yang disebabkan oleh faktor alam |
Ketahanan Lingkungan | Ketahanan lingkungan tidak diutamakan, meskipun para petani sadar dan mempunyai pengalaman langsung mengenai dampak perubahan iklim, pemahaman mereka mengenai strategi mitigasi yang efektif masih terbatas | Para petani menunjukkan peningkatan ketahanan iklim melalui keahlian pertanian mereka, dimulai dengan pemahaman yang baik tentang penyebab perubahan musim tanam dan strategi untuk mengatasi perubahan tersebut. Hal yang juga penting adalah kesadaran mereka akan dampak merugikan dari ketergantungan berlebihan terhadap pestisida yang banyak mengandung bahan kimia, yang dapat menurunkan kualitas tanah dalam jangka panjang dan akibatnya menghambat potensi hasil panen |