LDC Case Study
July 20, 2023 2023-09-13 10:13LDC Case Study
Louis Dreyfus Company
Regenerating Coffee Ecosystem in Sumatera
BASIC INFORMATION
Company Overview
Louis Dreyfus Company (LDC) is a French merchant firm involved in agriculture and food service. In Indonesia, LDC has active operations in Oilseeds, Coffee, Grains, and Cotton.
INFORMASI DASAR
Informasi Perusahaan
Louis Dreyfus Company (LDC) adalah perusahaan perdagangan Prancis yang bergerak di bidang pertanian dan layanan makanan. Di Indonesia, LDC aktif beroperasi di bidang Minyak Biji, Kopi, Biji-bijian, dan Kapas.
Crop
LDC has implemented the inclusive closed-loop model for their coffee line of business. In this line of business, the company is active in originating, processing, storing, and merchandising coffee. This initiative focuses on agroforestry and GAP training among established coffee cultivators, estimated to have reached ~18k coffee smallholders.
Coffee plays a crucial role in ensuring food security in Indonesia by providing a source of income and livelihood for numerous smallholder farmers across the country. As a major agricultural commodity, coffee cultivation offers economic stability to rural communities, reducing their vulnerability to food insecurity. The revenue generated from coffee sales empowers farmers to meet their basic needs, invest in agricultural practices, and improve their overall quality of life.
Moreover, Coffee holds immense importance in Indonesia, both culturally and economically. Renowned for its unique flavors and diverse varieties, Indonesian coffee is deeply intertwined with local traditions and rituals. The country’s fertile volcanic soils and diverse microclimates provide ideal conditions for coffee cultivation, producing distinct coffee beans such as Sumatra, Java, and Bali. Indonesia ranks among the world’s top coffee producers and exporters, contributing significantly to its economy. Additionally, coffee plays a vital social role, often symbolizing hospitality and bringing communities together. Through generations, coffee has enriched Indonesia’s global reputation and become integral to its social fabric.
LDC telah menerapkan inclusive closed-loop model untuk bisnis kopi mereka. Dalam bidang usaha ini, perusahaan aktif dalam memproduksi, mengolah, menyimpan, dan menjual kopi. Inisiatif ini berfokus pada agroforestri dan pelatihan GAP di kalangan petani kopi yang sudah mapan, yang diperkirakan telah menjangkau ~18 ribu petani kopi lokal.
Kopi berperan penting dalam menjamin ketahanan pangan di Indonesia dengan menyediakan sumber pendapatan dan mata pencaharian bagi banyak petani lokal di seluruh negeri. Sebagai komoditas pertanian utama, budidaya kopi memberikan stabilitas ekonomi bagi masyarakat pedesaan dan mengurangi kerentanan mereka terhadap ketidakamanan pangan. Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan kopi memberdayakan para petani untuk memenuhi kebutuhan dasar, berinvestasi dalam praktik pertanian, dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
Selain itu, Kopi memiliki kepentingan yang sangat besar di Indonesia, baik secara budaya maupun ekonomi. Terkenal dengan citarasanya yang unik dan beragam varietasnya, kopi Indonesia sangat erat kaitannya dengan tradisi dan ritual setempat. Tanah vulkanik yang subur di negara ini dan iklim mikro yang beragam memberikan kondisi ideal untuk budidaya kopi, menghasilkan biji kopi khas seperti Sumatera, Jawa, dan Bali. Indonesia masuk dalam jajaran produsen dan eksportir kopi terbesar di dunia, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomiannya Selain itu, kopi memiliki peran sosial yang penting, seringkali melambangkan keramahan dan menyatukan komunitas. Dari generasi ke generasi, kopi telah memperkaya reputasi global Indonesia dan menjadi bagian integral dari tatanan sosialnya.
Location
LDC implements the inclusive closed loop model for coffee in various locations in Sumatera, such as Aceh, North Sumatera, and Lampung.
LDC menerapkan inclusive closed loop model untuk kopi di berbagai lokasi di Sumatera, seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Lampung.
KEY PARTNERS & STAKEHOLDERS
MITRA & PEMANGKU KEPENTINGAN UTAMA
Case Study
POINT OF DEPATURE
Sumatra’s rainforest, a vital global asset, is dwindling at an alarming rate, with a 50% decrease in the last three and a half decades. Lampung and Aceh, specifically, are grappling with severe deforestation, resulting in the rapid depletion of once-abundant biodiversity and heightened soil erosion. Compounded by Sumatra’s susceptibility to climate change and extreme events like El Nino, coffee crops are plagued by exacerbated pest and disease outbreaks. Moreover, the underprivileged small-scale coffee farming groups have low quality of life and lacked comprehensive agriculture, economics, and social training.
These smallholders face several challenges:
POKOK PEMBAHASAN
Hutan hujan Sumatera, yang merupakan aset global yang penting, mengalami penurunan dengan tingkat yang mengkhawatirkan, dengan penurunan 50% dalam tiga setengah dekade terakhir. Lampung dan Aceh, secara khusus, sedang berjuang dengan deforestasi parah, yang mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman hayati yang dulu melimpah dan erosi tanah yang meningkat. Diperparah dengan kerentanan pulau Sumatera terhadap perubahan iklim dan peristiwa ekstrem seperti El Nino, tanaman kopi dilanda wabah hama dan penyakit yang lebih parah. Selain itu, kelompok petani kopi skala kecil yang kurang mampu memiliki kualitas hidup yang rendah dan kurangnya pelatihan yang komprehensif dalam bidang pertanian, ekonomi, dan sosial.
Tantangan ini didorong oleh beberapa faktor utama:
APPROACH
PENDEKATAN
Program Impact
Key Area | Before | After |
Productivity | Farmers exhibit below-average coffee production yields | Farmers’ productivity improved by 30% compared to pre-program levels |
Market Access | Farmers encounter issues collaborating with off-takers due to insufficient certification and production consistency | Farmers now have larger access to the market as companies (i.e., LDC) offer off-take partnerships |
Financial Access | Farmers lacked access to financial institutions | Farmers are now able to access financial help through financial institutions that are partnering with LDC |
Capability Building | Farmers are still running their farms with traditional methods, which are not aligned to Good Agricultural Practices | Most of the smallholders are now certified and are now capable of implementing GAP at larger scale |
Social Impact | The low productivity of farmers resulted in income lower than full potential level | Farmers’ income raised by 30% compared to pre-program levels |
Pengaruh Program
Bidang Utama | Sebelum | Sesudah |
Produktivitas | Para petani menunjukkan hasil produksi kopi yang berada di bawah rata-rata | Produktivitas petani meningkat sebesar 30% dibandingkan sebelum program |
Akses Pasar | Para petani menghadapi masalah dalam berkolaborasi dengan pembeli karena kurangnya sertifikasi dan konsistensi produksi | Para petani kini memiliki akses yang lebih luas ke pasar karena perusahaan-perusahaan (seperti LDC) menawarkan kemitraan off-take |
Akses Keuangan | Petani tidak memiliki akses terhadap lembaga keuangan | Para petani kini dapat mengakses bantuan keuangan melalui lembaga keuangan yang bermitra dengan LDC |
Peningkatan Kemampuan | Para petani masih mengelola kebun mereka dengan metode tradisional yang tidak sejalan dengan praktik usaha pertanian yang baik (Good Agricultural Practices (GAP)) | Sebagian besar petani lokal kini telah tersertifikasi dan mampu menerapkan GAP dalam skala yang lebih besar |
Dampak Sosial | Rendahnya produktivitas para petani mengakibatkan pendapatan yang diperoleh lebih rendah dari potensi penuhnya | Pendapatan para petani meningkat sebesar 30% dibandingkan dengan tingkat sebelum program |