Kadin Case Study
July 20, 2023 2023-09-12 16:38Kadin Case Study
KADIN
Horticulture in Indonesia
BASIC INFORMATION
Company Overview
The Indonesian Chamber of Commerce & Industry (KADIN) is the hub organization for business in the field of state-owned enterprises, cooperatives, and private enterprises worldwide. Established in 1968, it encompasses business associations in all sectors of the company throughout Indonesia. With this wide business network, it consistently acts as a strategic partner for business, trade, and investment activities.
INFORMASI DASAR
Informasi Perusahaan
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) adalah organisasi penghimpun untuk usaha di bidang Badan Usaha Milik Negara, koperasi, dan perusahaan swasta di seluruh dunia. Berdiri sejak tahun 1968, KADIN mencakup asosiasi bisnis di semua sektor perusahaan di seluruh Indonesia. Dengan jaringan bisnis yang luas, KADIN secara konsisten berperan sebagai mitra strategis dalam kegiatan bisnis, perdagangan, dan investasi.
Crop
The inclusive closed-loop model was applied to horticulture commodities with the aim of increasing productivity, farmers’ incomes, maintain product availability, and extending market reach. One of the key commodities in this project is chilis.
Inclusive closed-loop model diterapkan pada komoditas hortikultura dengan tujuan meningkatkan produktivitas, pendapatan petani, menjaga ketersediaan produk, dan memperluas jangkauan pasar. Salah satu komoditas utama dalam proyek ini adalah cabai.
Location
KADIN runs the inclusive closed-loop model in Garut, Sukabumi, Sikka, Bandung Barat, Deli Serdang, Pasuruan, Magelang, Karawang, Malang, Pacitan, Jember, Banyuwangi, Jombang, Tulungagung, Kuningan, Simalungun, where there are 391 smallholder farmers in total.
KADIN menjalankan inclusive closed-loop model di Garut, Sukabumi, Sikka, Bandung Barat, Deli Serdang, Pasuruan, Magelang, Karawang, Malang, Pacitan, Jember, Banyuwangi, Jombang, Tulungagung, Kuningan, Simalungun, dimana secara total terdapat 391 petani lokal.
KEY PARTNERS & STAKEHOLDERS
MITRA & PEMANGKU KEPENTINGAN UTAMA
Case Study
POINT OF DEPATURE
These smallholder farmers typically experience low productivity coupled with only 2 hectares of land to produce commodities. With this limited space, and limited knowledge on cropping patterns to help increase productivity, they also need help to improve their low income. This is ultimately driven by limited financial assistance and market access.
These smallholder farmers face several challenges :
POKOK PEMBAHASAN
Petani lokal ini umumnya mengalami produktivitas rendah dengan hanya memiliki 2 hektar lahan untuk menghasilkan komoditas. Dengan keterbatasan lahan dan pengetahuan tentang pola penamanan, para petani lokal memperlukan bantuan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan. Situasi para petani ini disebabkan oleh keterbatasan akses pembiayaan dan akses pasar.
Petani lokal ini menghadapi beberapa tantangan :
APPROACH
PENDEKATAN
Program Impact
Key Area | Before | After |
Productivity | 2 hectares of land available for production | Increased to ~200 hectares of land at the end of the program |
Market Access | Limited access to market, only selling to intermediaries or traditional market | Improved market access to include direct access to traditional market, modern market, and agriculture start-up |
Financial Access | Limited access to financial help | Collaborated with Bank BRI, Bank BNI, and Bank NTT to provide farmers with financial needs by giving loans |
Capability Building | No trainings provided to improve farmers knowledge on cropping pattern | Farmers were provided GAP Training for better cropping pattern |
Social Impact | Farmers have lower than average of income | ~20% increase in farmer’s average living income |
Innovation & Infrastructure | Farmers run the farm management through traditional farming processes with limited agri technology involved | Innovative smartfarming tools installed to assist farmers in monitoring land. Such as Smart Green House (SGH) for harvesting & collecting and Solar Dryer to dry harvest |
Sustainability | Not aware of sustainable farming practices | Farmers are introduced and trained to sustainability practice (including usage of organic fertilizers and farming tools) |
Pengaruh Program
Bidang Utama | Sebelum | Sesudah |
Produktivitas | Tersedia 2 hektar lahan untuk produksi | Meningkat menjadi sekitar 200 hektar lahan pada akhir program |
Akses Pasar | Akses pasar yang terbatas, hanya menjual kepada perantara atau pasar tradisional | Peningkatan akses pasar yang mencakup akses langsung ke pasar tradisional, pasar modern, dan start-up pertanian |
Akses Keuangan | Terbatasnya akses terhadap bantuan keuangan | Bekerjasama dengan Bank BRI, Bank BNI, dan Bank NTT untuk menyediakan bantuan keuangan bagi para petani dengan memberikan pinjaman |
Peningkatan Kemampuan | Tidak ada pelatihan yang disediakan untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang pola penanaman | Para petani diberikan pelatihan GAP untuk pola penanaman yang lebih baik |
Dampak Sosial | Para petani memiliki pendapatan di bawah rata-rata | Peningkatan sekitar 20% pada pendapatan hidup rata-rata petani |
Inovasi & Infrastruktur | Para petani menjalankan pengelolaan pertanian melalui proses pertanian tradisional dengan keterlibatan teknologi pertanian yang terbatas | Alat-alat pertanian pintar yang inovatif dipasang untuk membantu petani dalam memantau lahan. Seperti Rumah Kaca Pintar untuk panen dan pengumpulan serta Pengering Tenaga Surya untuk mengeringkan hasil panen |
Ketahanan Lingkungan | Tidak mengetahui praktik pertanian berkelanjutan | Para petani diperkenalkan dan dilatih dalam praktik yang mendukung ketahanan lingkungan (termasuk penggunaan pupuk organik dan peralatan pertanian) |