Kadin Case Study

KADIN

Horticulture in Indonesia

BASIC INFORMATION

Company Overview

The Indonesian Chamber of Commerce & Industry (KADIN) is the hub organization for business in the field of state-owned enterprises, cooperatives, and private enterprises worldwide. Established in 1968, it encompasses business associations in all sectors of the company throughout Indonesia. With this wide business network, it consistently acts as a strategic partner for business, trade, and investment activities.

INFORMASI DASAR

Informasi Perusahaan

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) adalah organisasi penghimpun untuk usaha di bidang Badan Usaha Milik Negara, koperasi, dan perusahaan swasta di seluruh dunia. Berdiri sejak tahun 1968, KADIN mencakup asosiasi bisnis di semua sektor perusahaan di seluruh Indonesia. Dengan jaringan bisnis yang luas, KADIN secara konsisten berperan sebagai mitra strategis dalam kegiatan bisnis, perdagangan, dan investasi.

Crop

The inclusive closed-loop model was applied to horticulture commodities with the aim of increasing productivity, farmers’ incomes, maintain product availability, and extending market reach. One of the key commodities in this project is chilis.

Inclusive closed-loop model diterapkan pada komoditas hortikultura dengan tujuan meningkatkan produktivitas, pendapatan petani, menjaga ketersediaan produk, dan memperluas jangkauan pasar. Salah satu komoditas utama dalam proyek ini adalah cabai.

Process of turning chili as commodities into downstream product
A farmer proudly shows his chili sprout
Location

KADIN runs the inclusive closed-loop model in Garut, Sukabumi, Sikka, Bandung Barat, Deli Serdang, Pasuruan, Magelang, Karawang, Malang, Pacitan, Jember, Banyuwangi, Jombang, Tulungagung, Kuningan, Simalungun, where there are 391 smallholder farmers in total.


KADIN menjalankan inclusive closed-loop model di Garut, Sukabumi, Sikka, Bandung Barat, Deli Serdang, Pasuruan, Magelang, Karawang, Malang, Pacitan, Jember, Banyuwangi, Jombang, Tulungagung, Kuningan, Simalungun, dimana secara total terdapat 391 petani lokal.

Pilot for inclusive closed-loop model in Garut, West Java

KEY PARTNERS & STAKEHOLDERS

MITRA & PEMANGKU KEPENTINGAN UTAMA

Case Study

POINT OF DEPATURE

These smallholder farmers typically experience low productivity coupled with only 2 hectares of land to produce commodities. With this limited space, and limited knowledge on cropping patterns to help increase productivity, they also need help to improve their low income. This is ultimately driven by limited financial assistance and market access.

These smallholder farmers face several challenges :

POKOK PEMBAHASAN

Petani lokal ini umumnya mengalami produktivitas rendah dengan hanya memiliki 2 hektar lahan untuk menghasilkan komoditas. Dengan keterbatasan lahan dan pengetahuan tentang pola penamanan, para petani lokal memperlukan bantuan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan. Situasi para petani ini disebabkan oleh keterbatasan akses pembiayaan dan akses pasar.

Petani lokal ini menghadapi beberapa tantangan :

APPROACH

PENDEKATAN

Program Impact
Key AreaBeforeAfter
Productivity2 hectares of land available for productionIncreased to ~200 hectares of land at the end of the program
Market AccessLimited access to market, only selling to intermediaries or traditional marketImproved market access to include direct access to traditional market, modern market, and agriculture start-up
Financial AccessLimited access to financial helpCollaborated with Bank BRI, Bank BNI, and Bank NTT to provide farmers with financial needs by giving loans
Capability BuildingNo trainings provided to improve farmers knowledge on cropping patternFarmers were provided GAP Training for better cropping pattern
Social ImpactFarmers have lower than average of income~20% increase in farmer’s average living income
Innovation & InfrastructureFarmers run the farm management through traditional farming processes with limited agri technology involved

Innovative smartfarming tools installed to assist farmers in monitoring land. Such as Smart Green House (SGH) for harvesting & collecting and Solar Dryer to dry harvest

SustainabilityNot aware of sustainable farming practicesFarmers are introduced and trained to sustainability practice (including usage of organic fertilizers and farming tools)
Pengaruh Program
Bidang UtamaSebelumSesudah
Produktivitas

Tersedia 2 hektar lahan untuk produksi

Meningkat menjadi sekitar 200 hektar lahan pada akhir program
Akses PasarAkses pasar yang terbatas, hanya menjual kepada perantara atau pasar tradisionalPeningkatan akses pasar yang mencakup akses langsung ke pasar tradisional, pasar modern, dan start-up pertanian
Akses KeuanganTerbatasnya akses terhadap bantuan keuanganBekerjasama dengan Bank BRI, Bank BNI, dan Bank NTT untuk menyediakan bantuan keuangan bagi para petani dengan memberikan pinjaman
Peningkatan KemampuanTidak ada pelatihan yang disediakan untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang pola penanamanPara petani diberikan pelatihan GAP untuk pola penanaman yang lebih baik
Dampak SosialPara petani memiliki pendapatan di bawah rata-rata

Peningkatan sekitar 20% pada pendapatan hidup rata-rata petani

Inovasi & InfrastrukturPara petani menjalankan pengelolaan pertanian melalui proses pertanian tradisional dengan keterlibatan teknologi pertanian yang terbatas

Alat-alat pertanian pintar yang inovatif dipasang untuk membantu petani dalam memantau lahan. Seperti Rumah Kaca Pintar untuk panen dan pengumpulan serta Pengering Tenaga Surya untuk mengeringkan hasil panen

Ketahanan LingkunganTidak mengetahui praktik pertanian berkelanjutanPara petani diperkenalkan dan dilatih dalam praktik yang mendukung ketahanan lingkungan (termasuk penggunaan pupuk organik dan peralatan pertanian)